“MADINGGGGGGGGGGGGG”
Cuma mading sepetinya yang hanya ada di
pikiranku sekarang. Dan menurutku ini lebih membingungkan lagi dibandingkan
dengan harus menghitung soal matematika!
Yes, that’s right I HATE MATHEMATIC. Majalah Dinding ? Pernah denger gak
sihhhh? Hmmmmm keterlaluan banget kalau pelajar gak tau yang namaya MADING!
Mading itu Bagai sayur tanpa kuah, mungkin itu ibarat paling pas untuk
menggambarkan sekolah tanpa majalah dinding (mading). Sekolah yang
"garing" adalah sekolah tanpa mading. Dengan kata lain, mading
merupakan ajang dan sarana pelatihan siswa di dunia jurnalistik yang semakin
berkembang dan dibutuhkan. Tidak berlebihan jika mading dikatakan sebagai cikal
bakal lahirnya majalah sekolah versi cetak. Jika pembuatan mading berhasil dan
konsisten, dapat dipastikan telah lahir majalah cetak yang bagus. Sementara ada
yang berpendapat mading merupakan tolak ukur mutu sebuah sekolah. Mading
dinilai sebagai wadah paling pas untuk mengasah sisi kreatifitas dan
intelektualitas. Mading bukan hanya sebatas kertas berisi berita lalu ditempel
begitu saja, melainkan ada proses creative dan intuitive agar
mading terlihat menarik. Selain itu mading merupakan media informasi paling
mudah didapat di sekolah. Pada dasarnya siswa butuh informasi di luar mata
pelajaran sekolah, selain itu berita-berita ringan yang dimuat mading bisa
mengusir stres gara-gara mikir pelajaran yng padat materi. Eitsssssssssssssss
cukup sudah penjelasan tentang madding yaaaa. Entah sejak kapan aku terjun ke
dunia ini . Dunia sasatra budaya lebih tepatnya. Sepertinya ini terjadi karena
jabatanku ddalam Organisasi Intra Sekolah adalah Sie. Mading. Aku juga tak tau
kenapa seniorku mempercayai aku untuk mengemban jabatan ini. Tetapi yah mau
gimana lagi ? Toh aku juga mikirnya
gini:
“apapun itu jabatannya itu gak penting buat aku”
yang terpenting adalah gimana caranya aku menjalankan tugasku dengan baik dan
tidak mengecewakan siapapun yang telah mempercayai aku.”
\(´▽`)/\(´▽`)/\(´▽`)/
Suatu hari mbak indra
atau yang lebih akrab dipanggil mbak indro mempertemukan aku dengan peserta
mading Deteksi-Con 2k11. Jumalahnya sih gak banyak mungkin saat itu hanya
sekitar sepuluh orang. Sambil terdiam ku coba tuk mengamati mereka satu persatu
dan rata-rata dari mereka adalah cewek, berkerudung, dan bedgenya warna kuning
bertuliskan MM. “Ohhh, merek anak Sebelas MM. Untuk memecahkan keheningan ku
coba tuk memulai pembicaraan.
“mbak, kenalin namaku
Doi, kalau mbak siapa?.”
“ohh iyaaa aku Mei
dek dari 11 MM 3.” Ucap mbak berkerudung, mungil dan hitam manis itu.
Aku mengulurkan
tanganku lagi pada seseorang yang berada disebelah mbak mei barusan, sambil
berkata “kalau mbak?.”
“Aku Devi Yusniati
Briel dek , sama satu kelas sama Mei.”
“oh iyaaa, namaku
Fitri Ulumiyah, aku sama kok kelasnya sama mereka.” Ucap mbak yang agak
hyperactive ini.
Akhirnya satu persatu
akupun berkenalan dengan semuanya, dan kurasa diantara mereka juga terselip
teman sekelasku. Aku ingin juga tuk menyapa mereka tapi, sudalah aku lagi
unmood pagi ini.
Sejenak ku berpikir “
ya allah, ini benar-benar sekolah udah gak punya stock siswa cowok kali
yaaaaa? Sampai-sampai yang ikut lomba deteksi aja semuanya cewek nihh” [-____-]
“tanda-tanda kiamat
beneran ada nih, jumlah populasi cewek lebih banyak daripada cowok.” Celetukku
dalam benak lagi.
(╯_╰)(╯_╰)(╯_╰)(╯_╰)
Entah aku tak
mengerti matanya mengawasi gerak-gerikku sejak tadi, sejak saya berkutat dengan
tumpukan kertas warna-warni itu. Dia pun sendiri juga sedang ribet dengan
desain Si-Det. Sesekali aku memergokinya sedang menatapku, hmmm mungkin
dia terlanjur malu. Beberapa menit ku tunggu reaksinya lagi, mungkin dia sudah
terlanjur malu setelah kupergoki tadi.. Entah siapakah dirinya aku pun tak
tahu, mungkin juga aku tak mau tahu. Tapi tuhan ada yang berbeda ketika aku
melihat tatapannya, seperti ada sesuatu yang membuatku tertarik untuk
mengungkapkan siapakah sosoknya itu Sungguh aku tak bisa melupakanmu,
sunguh aku ingat caramu menatapku. Caramu mencuri perhatianku. Senyummu yang
terlihat natural namun tetap terlihat mempesona dalam pandangan. Suara yang
agak cempreng, yappp lucu memang jika cowok mempunyai jenis
suara seperti itu namun hal-hal itu seakan –akan sengaja diciptakan untuk tidak
dilupakan. Tolong buat aku lupa, karena aku tak lagi temukan cara tuk
menghilangkan dia dari pikiranku. Bisa dibilang Mading lah yang mempertemukan
aku dengan dirinya. Yapsss, ternyata eh ternyata cowok itu juga ikut sebagai
peserta mading Deteksi-Con 2k11. Tapi aku tak ingin melupakan tugasku
dalam kegiatan lomba ini. Seiring waktu berjalan aku mulai mengenal siapakah
dirinya, apa kesukaannya, bagaimanakah sosok dia sebenarnya. Intinya THAT’S ALL
ABOUT MAS IPIN.
(ʃ⌣ƪ) (ʃ⌣ƪ) (ʃ⌣ƪ)
*\( - ˆ⌣ˆ -
)/* *\( - ˆ⌣ˆ - )/* *\( - ˆ⌣ˆ - )/*
Berap
hari kita kenalan??? Cukup lama sepertinya. Samapi akupun lupa tanggal dan lupa
harinya.Tepatnya memang aku sudah lupa, semua ini terjadi gara-gara bDet-Con
2k11. Tapi, ada satu hal yang tidak akan pernah ku lupakan, peristiwa yang
terjadi didalamnya. Sungguh manis dan sulit sekali untuk
Sejak
event deteksi itu hubungan ku dengan peserta mading pun tak sebatas hanya
sampai ketika event itu selesai. Tetapi semakin membaik malah, semakin akrab
dan semakin banyak saja orang yang ku kenal. Dan semakin dekat saja hubungan ku
dengan dia, dia juga sudah menganggap aku sebagai adiknya sendiri. Entah sejak
kapan akupun juga tak tahu, tapi aku merasa nyaman didekatnya, merasa
terlindungi, merasa di khawatirkan, sudah banyak dan tak bisa dideskrisikan
lagi semua pertolongan dan kebaikannya untuku selama ini. Banyak peristiwa yang
ku lewati dengannya seperti
“dek,
kamu jadi berangkat ke DBL ARENA apa enggak?”
“ayooo
berangkat, sudah jam berapa ini?”
“iyaaa
iyaaa, bentar aku ganti baju”
“mas
ipin terus, selau mas ipin, apa-apa mas ipin, kemana-mana mas ipin” sahut mitha
dari balik lemari perpus
“deggg,
hati ku tersontak ya allah, aku sudah merasa nyaman dengan mas ipin, sku sudah
merasa enjoy dengan mas ipin, ya allah aku gak mau kehilangan mas ipin, aku
merasa memang jika mungkin selama ini hidupku terlalu ketergantungan banget
sama mas ipin. Terus bagaimana jika mas ipin sudah lulus dari sekolah ini?
Tetapi apa yang harus ku lakukan?apa aku harus melakukan segala cara agar mas
ipin gak lulus sampai ia bisa sama sederajat denganku? Ohh picik banget memang,
bodoh, terus gak masuk akal banget lah intinya! Dan apakah aku bakaulan setega
itu untuk mempunyai niatan seperti itu? Tidakkkk doi gak seperti
itu kok”
Sejak
kejadian itu akupun sering menyendiri dan memikrkan tentang nasibku
nanti jika Mas Ipin sudah tidak ada di sekolah ini mungkin lebih tepatnya jika
dia tak ada lagi di kehidupanku?
“dek,
nanti pulang’nya kamu naik apa?”
“enggak
tau mas” ucapku lesu
“terus?
Gimana loh dek?”
“kalau
bapak enggak bias jemput aku yanaik bus ajalah mnas. Ngapain harus
repot-repot? J” candaku.
“tak
jemput ya?”
“enggggg.”
“
lama banget mikirnya!”
“oke,
kelamaan kalau harus nungguin kamu buat ambil keputusan dek!”
“terus
gimana?”
“kalau
bapak enggak bisa jemput kamu smsmas aja ya dek J” senyumnya mengembang
lagi.
“
enggak perlu repot-repot deh mas”
“teus
nanti kamu gimana?”
“
apa gunanya bus kota ?” ejekku.
“
mau pulang jam berapa kamu adek?”
“
mungkin jam sembilan mas, itu pun kalau persconferancenya sudah
selesaimas’ku” ucapku manja.
“haduh,
pulang jam segitu lagi kamu?”
“iya”
jawabku singkat.
“adek’ku,
sudah ya, gak ada koment lagi, gak ada protes, jangan cerewet deh. Nanti kalau
mendekati waktu mau pulang kamu HARUS SMS AKU! TITIKKKKKK” ucapnya geram.
“Iya
deh, aku mau pulang dulu yaa.”
“iya,
jangan ngebut, cdepet mandi terus sholat jum’at gih mas”
“iya
adekku”
“mas
pulang ya dek J”
Deru
motornya kini semakin menjauh dan hilang di tengah kerumunan lalu-lintas Jalan
Ahmad Yani siang itu.
“hufffft,
akhirnya selesai juga”
Ku
buka tas ranselku, dan aku coba merogoh ponselku yang ada didalamnya. Rasanya
ini terjadi karena kesalahanku tadi terburu-buru memasukkannya, sehingga tak
kuletakkan di kantong khusus untuk handpone seperti biasanya. Cukup lama memang
baku berkutat mencari dimana hanponeku.
(‘-’ ) (._. ) ( ._.) ( ‘-’) (‘-’ ) (._. ) ( ._.) (
‘-’)
Detik-detik
itu telah datang menghampiri dan mebuatku cemas, gelisah, gundah gulana.
“
dok, kamu gak lihat mading ta?” teriak mas Alzera dari kejauhan.
“loh
emang madingku kenapa, mas? Ada apa?” batinku panik.
“haduhhh,
kemana aja kamu dek selama ini?”
“loh
ada apa mas? Serius kok!” ucapku semakin menggebu.
“
haduhhh doiiiiiiiiiiiiii, ada pengumuman Hasil UNAS anak kelas 3 loh”
dengan nada tinggi.
“
iyaaa, terus aku harus ngapain mas?” ucapku lesu.
“
kamu gak mau lihat?”
“
nanti aja lah mas”
“yakinnnnnnnnnn??”
“iyaaaaaa
mas Alzera Cita Pradisa”
“
Mas mu loh dok!”
“iyaaa,
mas ipin kan ?”
“Nilainya
dok, Nilai Bahasa Inggrisnya terutama”
“kenapa?
Jelek yah?”
“salah
besar kamu dok”
“terussss?
Aku salah kecil?”
“
DHOIFATUL AGUSTIA KHASANAH, Nilai Bahasa Inggrisnya Mas Ipin itu 10 dek!
SEMPURNA”
“Alhamduliilah
mas al, beneran kan? Gak bohong?”
“ya
sudah mas, mas ipin sekarang dimana?”
“di
ruang 12 dek”
(˘▽˘~)(~˘▽˘)~(˘▽˘~)(~˘▽˘)~
RUANG
12
“pin,
di cari doi” teriak mbak tutut dari depan pintu
“yeeee,
sotoyyyy mbak ini”
“aku
tau kok, beneran deh. Kamu nyariin mas ipin kan?? Jangan bohong dek”
“iyaaa,
hehe tau aja deh mbak ini”
“mas
ipin, udah lihat mading?”
“iy
dek, aku udah tau kok”
ƪ(˘⌣˘)┐ ƪ(˘⌣˘)ʃ ┌(˘⌣˘)ʃ
Mungkin
itu terakhir kalinya aku bertemu dengan dia, Kabar terakhir aku mendengar
bahwa Mas Ipin mengikuti Pendidikan di Bandung. Dan aku juga
lost contac sama ma situ. Tapi aku merasa jika cara mas ipin
mebahagiakanku sebenarnya tidak cukup hanya sampai disitu.
“Tuhan,
sejak lama kuinginkan sosoknya
Bahkan
sejak aku merasa bahwa disini aku kesepian
Disini
aku sendiri, Aku butuh dia, aku butuh kehadiranya
Dia
yang bisa memebimbingku, menjagaku, menyayangiku.
Mungkin
kah dia itu mas ipin? Atau bukan ?
Tapi
aku mesasa jika sosok yang sejak dulu ku tunggu
Ku
tunngu kehadiran sosoknya untuk hidupku”